Minggu, 09 April 2017

PEMBELAJARAN TERPADU

PEMBELAJARAN TERPADU

A. Konsep Pembelajaran Terpadu
1) Pengertian Pembelajaran Terpadu
Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuat siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya. Pembelajaran terpadu sabagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Anak akan memahami konsep-konsep yang meraka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan berhubungan denga konsep lain yang sudah meraka pahami. Pelaksanaan pendekatan ini bertolak dari suatu topik atau tema yang diplilih/dikembangkan guru bersama anak. Jika, dibandingkan dengan pendekatan konvensional, pembelajaran terpadu tampaknya lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar. Pendekatan pembelajaran terpadu dapat dipandang sebagai sebagai upaya untuk memperbiki kualitas pendidikan ditingkat dasar, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan yang sering terjadi dalam proses pembelajar di sekolah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tim Pengembang D-2 PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar (1997 : 17) yang mengatakan bahwa “ pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa”. Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Drake & Burns (2004:8) membedakan tiga pendekatan kurikulum terpadu yaitu multidisciplinary, interdisciplinary, dan transdisciplinary. a. Pendekatan multimatapelajaran terutama fokus pada mata pelajaran. Penggunaan pendekatan ini dilakukan dengan mengorganisasi standar dari matapelajaran di sekitar sebuah tema. Multimatapelajaran terdiri atas pendekatan intradisiplinari, penggabungan/fusion, service learning (belajar melayani masyarakat), learning centers/parallel disciplines; Unit berbasis tema (theme-based units). b. Pendekatan Antar-matapelajaran (interdisciplinary) Pendekatan antar-matapelajaran dilakukan dengan menggorganisasi kurikulum di sekitar materi bersama antar mata pelajaran. Pembelajaran dilakukan dengan mengidentifikasi potongan/irisan konsep dan ketrampilan antar matapelajaran. Masing-masing mata pelajaran masih teridentifikasi, namun agak samar dibanding pendekatan multi- matapelajaran. c. Pendekatan transdisciplinary Pendekatan transdisiplinari dilakukan dengan membangun kurikulum di sekitar pertanyaan dan perhatian siswa. Siswa mengembangkan kecakapan hidup seperti yang diterapkan pada interdisiplinari dan ketrampilan mata pelajaran dalam konteks kehidupan nyata. Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian pembelajaran terpadu dapat sebagai: 1. Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (centre of interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berrasal dari bidang studi yang berkembang mampu dari bidang studi lainnya. 2. Suatu pendekatan pembelajaran yang berhubungan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling. 3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan secara simultan. 4. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda denga harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna. 2) Karakteristik Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, seperti menurut Karli (2003: 53) mengungkapkan bahwa: Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, diantaranya: 1. Berpusat pada anak (studend centerd). 2. Memberi pengalaman langsung pada anak. 3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas. 4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran. 5. Bersifat luwes. 6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. 7. Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu di amati dan di kaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. 8. Bermakna, artinya pengkajian suatu penomena dari berbagai macam aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skemata yang dimiliki siswa. 9. Otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sipatnya menjadi otentik. 10. Aktif, artinya siswa perlu terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi. Sedangkan menurut Tim Pengembang PGSD (1997: 3), pembelajaran mempunyai karakteristik sebagai berikut. 1. Holistik (menyeluruh): artinya suatu fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa disiplin ilmu sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Hal ini dimaksudkan untuk melatih peserta didik memahami fenomena dari segala sisi. 2. Bermakna; artinya kebermaknaan dalam berkomunikasi dengan adanya keterkaitan antara pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik dengan materi yang dipelajari. Dengan demikian, proses pembelajaran dirasakan lebih berarti bagi peserta didik. Rujukan yang nyata dari berbagai konsep dan keterkaitan dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari, sehingga pada akhirnya peserta didik mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalahmasalah yang nyata di dalam kehidupannya. 3. Otentik; maksudnya peserta didik dapat memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari, melalui hasil interaksi dan belajar dari fakta dan peristiwa. Dengan demikian, informasi dan pengetahuan yang diperoleh peserta didik menjadi lebih otentik. 4. Aktif; artinya peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, baik secara individual maupun kelompok. Dalam pembelajaran terpadu, hasrat, minat, dan kemampuan peserta didik dipertimbangkan, sehingga peserta didik termotivasi untuk mencari informasi dan pengetahuan dalam memahami konsep yang dipelajari. 5. Kesederhanaan; maksudnya materi disajikan secara sederhana, bermakna, dan mudah dipahami, kewajaran konteks, keluwesan (sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setempat), keterpaduan, serta adanya kesinambungan berbagai keterampilan hidup. 6. Alami; maksudnya pembelajaran terpadu memberikan lingkungan yang memungkinkan peserta didik belajar secara alami, sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik yang selalu mengalami proses dan tidak terisolasi dari lingkungan yang alami. B. Model-model Pembelajaran Terpadu Menurut Fogarty (1991) terdapat sepuluh model kurikulum terpadu (integrated curriculum) dimulai dari eksplorasi dengan mata pelajaran tunggal (within single disciplines) yaitu model fragmented, connected, dan nested; terpadu beberapa mata pelajaran (across several disciplines) yaitu model sequenced, shared, webbed, threated, dan integrated); dioperasikan diantara pebelajar sendiri yaitu model immersed; dan jejaring diantara pebelajar yaitu model networked. 1. Pembelajaran Terpadu Menurut Fogarty a) Model Fragmented Model ini merupakan model penggalan, yaitu memandang kurikulum dalam penggalan-penggalan mata pelajaran terpisah. Tipikalnya kurikulum terbagi dalam pelajaran utama yaitu matematika, sains, bahasa, dan ilmu sosial. Pendekatan fragmented dilakukan untuk memadukan konsep-konsep dan kompetensi dalam satu mata pelajaran. Antar kompetensi dipelajari secara bersamaan. Kompetensi mendengar, membaca, dan menulis dalam pelajaran bahasa dilakukan secara bersamaan. b) Model Connected Model connected (terhubung) memandang mata pelajaran dengan menggunakan kaca pembesar (opera glass, kaca pembesar yang dipakai oleh penonton opera yang hanya satu lensa), menyediakan secara detil, seluk beluk/rinci, dan interkoneksi dalam satu mata pelajaran. c) Model Nested Model Nested atau model sarang memandang kurikulum dari tiga dimensional kaca baca, sasaran dimensi ganda dari pembelajaran. Tujuan pembelajaran tidak hanya pada mata pelajaran semata, namun ada beberapa pemahaman dan/atau ketrampilan yang terkuasai. d) Model Sequenced model sequenced melihat kurikulum menggunakan kaca-mata, lensa terbagi dalam dua bagian, namun terhubung oleh sebuah bingkai atau frame. Topik atau mata pelajaran terpisah, namun dapat dihubungkan dengan sebuah bingkai konsep yang menaungi topik atau mata pelajaran tersebut. e) Model Shared Model shared melihat kurikulum menggunakan binoculars, menghubungkan dua mata pelajaran secara bersama untuk melihat sebuah topik. Keterhubungan antar dua mata pelajaran diorganisasi sehingga dapat dilakukan proses pembelajaran secara bersama-sama. f) Model Webbed Model webbed atau jaring laba-laba melihat kurikulum menggunakan teleskop, menangkap konstelasi pembuka dari mata pelajaran, yang membentuk sebuah tema. Tema yang ditentukan menjadi langkah awal dalam melakukan pembelajaran. Indikator masing-masing kompetensi ilmu dan pengetahuan terjabarkan dari tema tersebut. g) Model Treaded Model treaded melihat kurikulum dengan menggunakan kaca pembesar (magnifying glass). Ide besar diperbesar melalui semua isi dengan pendekatan kurikulum-meta (metacurricular). Model ini menggabungkan ketrampilan berpikir, ketrampilan sosial, ketrampilan belajar, mengelola grafik, teknologi, dan pendekatan kecerdasan ganda (multiple intellegences). h) Model Integrated model integrated (terpadu) melihat kurikulum menggunakan kaleidoskop. Topik interdisiplin (antar mata pelajaran) ditata kembali diantara konsep yang sama/mirip dan munculnya pola dan rancangan. Melalui pendekatan antar matapelajaran, model integrated memadukan/mencampurkan empat mata pelajaran utama dengan menemukan persamaan ketrampilan, konsep, dan sikap pada keseluruhannya. i) Model Immersed Model immersed melihat kurikulum menggunakan mikroskop. Melalui cara masing-masing keseluruhan konten disaring dengan menggunakan lensa ketertarikan dan keahlian yang dimiliki. Dengan menggunakan model ini, pebelajar sedikit atau sama sekali tidak ada intervensi atau bantuan dari pihak luar. j) Model Networked Model networked atau jejaring melihat kurikulum menggunakan prisma. Menciptakan dimensi dan pengarahan ganda terhadap fokus, dengan menggunakan berbagai cara eksplorasi dan eksplanasi. C. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu Adapun kelebihan-kelebihan pembelajaran terpadu diantaranya: 1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak. 2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak pada minat dan kebutuhan anak. 3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama. 4. Pembelajaran Terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak. 5. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingklungan anak. 6. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerja sama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain. Di samping ada kelebihan di atas, pembelajaran terpadu memiliki kelemahan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Beberapa kelemahan pembelajaran terpadu antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut. 1. Aspek Guru Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. 2. Aspek Peserta Didik Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terlambat. 3. Aspek Kurikulum Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik. 4. Aspek Penilaian Pembelajaran terpadu memerlukan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. 5. Aspek Suasana Pembelajaran Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri. D. Pentingnya Pembelajaran Terpadu Diterapkan Di Tingkat Sekolah Dasar Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak meliputi tahapan: (a) sensori-motor, (b) pra operasional, (c) operasional konkrit, dan (d) operasional formal. Anak-anak usia dini (2-8 th) berada pada tahapan pra operasional dan operasional konkrit, sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam praktik pembelajaran di kelas hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan ini. Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan anak usia dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya. Merujuk pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka dalam pembelajaran di jenjang SD kelas rendah hendaknya kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak (DAP atau Developmentally Appropiate Practice). Penggunaan pendekatan DAP ini mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu: 1. asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau oleh anak, 2. asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual (konkrit) mengarah pada konseptual (abstrak), 3. asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-milah topik pelajaran, guru harus memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu, 4. asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan menciptakan banyak proses manipulatif sambil bermain. Beberapa alasan pembelajaran terpadu cocok digunakan di tingkat SD sebagai berikut. 1. Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain. 2. Di samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga haru mengurangi dampak dari fenomena ini di antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai sisi, karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala pandang yang luas dan integratif. Cakrawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang akan mereka hadapi nanti di masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam memandang manusia secara utuh.



DAFTAR PUSTAKA

Drake, S. M., & Burns, R. C. (2004). Meeting standards through integrated curriculum. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD).
Fogarty, Robin. (1991). The Mindful School: How To Integrate The Curricula. IRI/Skylight Publishing, Inc, Illinois.
Karli, H. (2003). Head, Head, Heart. Bandung: Bina Media Informasi.
Saksono, Gatut. 2010. Pendidikan Yang Memerdekakan Siswa. Yogyakarta : Alfa media.
Tim Pengembang PGSD. 1997. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. DEPDIKBUD.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar